KOPING KECEMASAN PADA LANJUT USIA

    Di Posting Oleh:
  • administrator
  • September 2, 2017

Izzah Purwaningsih S.Sos Pekerja Sosial Pertama pada Unit Rehabilitasi Sosial Lanjut Usia Werning Wardaya Ungaran

Penuaan merupakan proses alami yang tidak dapat dihindari, berjalan secara terus menerus dan berkesinambungan yang ditandai adanya kemunduran biologis yang terlihat sebagai gejala kemunduran fisik antara lain kulit mulai mengendur, timbul keriput, rambut beruban, gigi tanggal, pendengaran an penglihatan berkurang, mudah lelah, gerakan menjadi lambat. Perubahan ini akan memberikan pengaruh pada seluruh aspek kehidupan, termasuk kesehatannya yang selanjutnya akan meyebabkan perubahan anatomis, fisiologis dan biokimia pada tubuh sehingga akan mempengaruhi fungsi dan kemampuan tubuh secara keseluruhan. Lanjut usia (lansia) adalah seseorang yang telah mencapai usia 60 tahun (enam puluh) tahun keatas. Menurut WHO lansia meliputi middle age (45-49 tahun), elderly (60-74 tahun), old (75 – 79 tahun), very old (diatas 90 tahun). Indonesia termasuk negara yang memasuki era penduduk bersrtuktur lansia (aging structured population) karena jumlah penduduk yang berusia 60 tahun keatas sekitar 9,77% (23,99 juta jiwa) pada tahun 2010 meningkat menjadi 9,51% (20 juta jiwa) pada tahun 2011. Diperkirakan pada tahun 2020 jumlah lansia sebesar 11.34% (28.8 juta jiwa) dengan usia harapan hidup 71.1 tahun.

Jumlah lansia yang terus meningkat harus dipelihara dan ditingkatkan status kesehatannya agar selama mungkin dapat hidup secara produktif sesuai dengan kempuannya sehingga dapat ikut serta berperan aktif dalam pembangunan. Lansia terbagi atas lansia potensial dan tidak potensial. Lansia potensial adalah lansia yang masih produktif dan mampu berperan aktif dalam kehidupan bermasyarakat, berbangsa dan bernegara, serta memiliki kebijakan, kearifan dan pengalaman berharga yang dapat dijadikan teladan bagi generasi penerus. Sementara lansia tidak potensial adalah lansia yang tidak berdaya dan selalu tergantung pada orang lain. Seiring waktu lansia akan mengalami perubahan berbagai penurunan fisik, psikologis dan sosial sehingga memerlukan bantuan peningkatan kesejahteraan sosialnya. Munculnya beberapa penyakit dan adanya kesadaran bahwa setiap orang akan mati dapat menimbulkan kecemasan pada lansia. Berbagai macam perasaan sedih, cemas, kesepian dan mudah tersinggung dapat menimbulkan rasa bosan, keletihan atau perasaan depresi. Kecemasan-kecemasan yang terjadi pada lansia membutuhkan pemeliharaan yang kontinyu untuk mempertahankan kesehatan dan mencegah perasaan cemas. Dampak kecemasan itu sendiri menyebabkan psikososial mereka terganggu.

              Kecemasan sendiri merupakan konflik emosional antara id dan super ego yang berfungsi untuk mempertimbangkan ego tentang sesuatu bahaya yang perlu diatasi. Kecemasan yang dialami lansia salah satunya adalah dari ketakutan akan penolakan interpersonal. Hal ini juga dihubungkan dengan trauma seperti kehilangan, perpisahan yang menyebabkan seseorang tidak berdaya. Kecemasan merupakan hasil frustasi dari segala saesuatu yang mengganggu kemampuan seseorang untuk mencapai tujuan yang diinginkan dan setiap individu memiliki caranya masing-masing untuk dapat mengatasi masalahnya. Upaya mengatasi masalah yang dihadapi individu dikenal dengan istilah koping. Koping didefinisikan sebagai upaya-upaya yang dilakukan seseorang untuk mengatasi stressor baik dari dalam diri maupun dari lingkungannya. Koping juga dapat didefini sebgai perilaku pemecahan masalah yang secaralangsung dapat mempengaruhi atau menyeimbangkan keadaan menjadi lebih baik setelah mengalami stres.

              Koping didefinisikan sebagai peikiran realistis dan feksibel serta tindakan penyelesaian masalah sehingga dapat mengurangi stres. Koping adalah suatu proses pengolahan tuntunan eksternal dan internal yang dinilai sebagai beban atau melebihi sumber yang dimiliki. Dalam konteks ini koping merupakan proses penyelesaian masalah, tidak bersifat statis tetapi berubah dalam kualitas dan intensitas dengan perubahan penilaian kognitif yang berkesinambungan. Mekanisme koping pada dasarnya merupakan mekanisme pertahanan diri terhadap perubahan yang terjadi baik dari dalam maupun luar diri. Sebuah kecemasan dapat meningkat dari berat ke level panik, perilaku ditunjukan oleh seorang menjadi kuat dan kemungkinan ketidakadilan dan kualitas hidup menjadi menurun. Seseorang mencoba untuk menghindari dari kecemasan dengan menggunakan macam-macam mekanisme koping untuk melapangkannya. Ketika mengalami kecemasaan, individu menggunakan berbagai mekanisme koping untuk mencoba mengatasinya. Pada kecemasan ringan mekanisme koping yang digunakan adalah menangis, tidur, makan, tertawa, berkhayal, memaki, merokok, olahraga, mengurangi diri dengan orang lain.

              Mekanisme koping untuk kecemasan sedang, berat dan panik membutuhkan banyak energi. Mekanisme koping dapat dikategorikan kedalam dua jenis: ? Task oriented reaction” atau reaksi berorientasi pada tugas. Tujuan yang ingin dicapai dengan melakukan koping ini adalah individu mencoba menghadapi kenyataan tuntutan stres dengan menilai objektif ditunjukan untuk mengatasi masalah, memulihkan dan memenuhi kebutuhan. Mekanisme ini meliputi: ? Menyerang : Ada banyak jalan kemungkinan dari penyerangan masalah, tipe reaksi ini bersifat merusak (destruktif) atau bersifat membangun (konstruktif). Contoh dari bersifat destruktif biasanya dibarengi dengan perasaan marah yang besar dan bermusuhan. Perasaan ini kemungkinan ungkapan negatif atau prilaku agresif yang melanggar kebenaran. Contoh yang konstruktif, mencerminkan sebuah pendekatan pengatasan masalah. Mereka kemudian menjadikan prilaku pertahanan diri yang menerima kebenaran yang lain. ? Menarik diri : Merupakan respon secara fisik menjauhi sumber stress dan secara psikologis dengan apatis merasa kalah. Klien menarik diri dan mengganggu kemampuan. Seseorang juga dapat menarik macam-macam psikologikal dengan cara mau mengakui kekalahan, menjadi tidak peduli atau mengurangi keinginan penyerangan. Tipe reaksi ini bersifat konstruktif atau destruktif. Ketika pengasingan seseorang dari yang lainya dan pencampuran dengan bekerja, reaksi dapat menimbulkan masalah. ? Kompromi : Bila dengan menarik diri dan meyerang tidak berhasil dapat dilakukan mekanisme koping kompromi dengan mengubah cara bekerja atau cara penyelesaian mengganti tujuan atau mengorbankan salah satu kebutuhan pribadi, koping ini bersifat konstruksi. ? Ego oriented reaction” atau reaksi berorientasi pada ego. Koping ini tidak selalu sukses dalam menghadapi masalah. Mekanisme ini seringkali digunakan untuk melindungi diri sendiri, sehingga disebut mekanisme pertahanan ego diri biasanya mekanisme ini tidak membantu untuk mengatasi masalah secara realita. Mekanisme ini sering berlangsung secara relatif ada tingkat tidak sadar dan mencangkup penipuan diri dan disorsi realitas, mekanisme ini terjadi respon maladaptif terhadap stres. Mekanisme pertahanan ego yang sering digunakan untuk mengatasi kecemasan antara lain: ? Kompensasi, merupakan roses individu dengan cara citra diri yang kurang berupaya menggantinya dan menonjolkan kelebihan lain yang dianggapnya sebagai aset. ? Penyangkal (denial), Menghindari realitas ketidak setujuan dengan mengabaikan atau menolak untuk mengenalinya; kemungkinan merupakan mekanisme pertahanan diri yang paling sederhana dan paling primitif. ? Pengalihan (displacement), Mengalihkan emosi yang seharusnya diarahkan pada orang atau benda tertentu ke benda yang netral atau membahayakan ? Disosialisasi, Pemisahan dari setiap kelompok mental atau proses perlakuan dari seluruh kesadaran atau identitas. ? Identifikasi, Proses individu mencoba untuk menjadi seperti seseorang yang dikagumi oleh individu tersebut dengan menirukan pikiran, prilaku, atau kesukaan. ? Introyeksi, Tipe identifikasi yang hebat dimana individu menyatukan kualitas atau nilai-nilai orang lai atau kelompok dalam struktur egonya sendiri; salah satu mekanisme terdini pada anak-anak; penting dalam hubungan hati nurani. ? Isolasi, Memisahkan komonen emosional dari pikiran yang dapat temporer atau jangka panjang ? Proyeksi, Mengaitkan pikiran atau impuls dirinya terutama keingan yang tidak dapat di toleransi, perasaan emosional, atau motivasi terhadap oranglain. ? Rasionalisasi, Memberi penjelasan yang diterima secara sosial atau tampaknya masuk akal untuk menyesuaikan impuls, perasaan, prilaku, dan motif yang tidak dapat di terima. ? Spiliting, Memandang orang dan situasi sebagai semuanya baik atau semuanya buruk,gagal untuk mengintregasikan kualitas negatif dan positif seseorang. ? Sublimasi, Penerimaan tujuan pengganti yang diterima secara sosial karena dorongan yang merupakan saluran norma ekspresi terhambat. ? Supresi, Suatu proses yang disebut sebagai mekanisme pertahanan diri tetapi benar-benar merupakan analogi represi, percetusan kesadaran bertujuan sesuatu ketika dapat mengarahkan pada represi. ? Undoing, Bertindak atau berkomunikasi yang secara sebagian meniadakan yang sudah ada sebagian mekanisme pertahanan diri primitif. KLASIFIKASI

          MEKANISME KOPING Ada dua macam mekanisme koping yaitu : ? Adaptif Tingkah laku yang adaptif adalah suatu tindakan yang dapat menyesuaikan diri dan perilaku dengan konstruktif. Selain itu, individu tersebut lebih mampu bertahan dan menagantasipasi kemungkinan adanya bahaya. Selanjutnya, yang termasuk dalam mekanisme koping yang konstruktif adalah: ? Mekanisme koping konstruktif survivol digunakan untuk kelangsungan hidup dan berkaitan dengan suatu yang mengancam. Adapun yang merupakan tingkah laku, misalnya memeriksakan kesehatan secara berkala. ? Mekanisme koping konstruktif memotivasi digunakan untuk dapat memotivasi, misalnya apabila mempunyai masalah baru, bercerita kepada keluarga atau mempunyai masalah dengan kesehatan baru memeriksakan diri. b. Maladaptif Pada tingkah laku yang maladaptif, individu tidak dapat menyesuaikan diri sehingga cenderung muncul tingkah laku destruktif sehingga menyebabkan respon maladaptif. Respon maladaptif dapat timbul pada kecemasan berat dan panik. Adapun yang termasuk mekanisme koping maladaptif adalah koping destruktif, misalnya marah marah, mudah tersinggung, menyerang, dan depresi. Adapun yang termasuk dalam mekanisme koping maladatif adalah reaksi yang lambat atau berlebihan, menghindar, mencederai diri, dan minum alkohol. SUMBER KOPING Lingkungan merupakan salah satu sumber yang dapat digunakan oleh seseorang dalam mekanisme koping baik dari sosial, interpersonal dan intrapersonal. Sumber-sumber seperti aset ekonomi, kemampuan mengatasi masalah, dukungan sosial, kepercayaan budaya yang dapat membantu seseorang mengatasi permasalahan stress ke dalam dirinya dan belajar untuk berhasil dalam mengangkat strategi dalam pengatasan. Dengan integrasi sumber-sumber koping tersebut indivisu dapat mengabsrobsi strategi koping yang efektif. Sumber koping merupakan evaluasi terhadap pilihan koping dan strategi seseorang, sedangkan macam-macam sumber koping yang dapat digunakan antara lain kemampuan personal, dukungan sosial, asset materi dan keyakinan positif. Setiap indivisu mempunyai mekanisme penanggulangan atau pertahanan untuk menghadapi setiap stressor yang dapat berubah ; ? Mengadakan perubahan atau manipulasi pada situasi atau keadaan tersebut ? Menghindar dan menjauhkan diri dari situasi stress ? Berusaha dan belajar untuk hidup dengan ketidaknyamanan dan ketidakpuasan. Lansia dipandang sebagai masa degenerasi biologis yang disertai penderitaan seperti berpenyakit dan keudzuran serta kesadaran bahwa setiap orang akan mati, maka kecemasan akan kematian dapat berkaitan dengan datangnya kematian itu sendiri serta siksaan yang mungkin menyertai akan menjadi masalah psikologis yang mendominasi lansia, khususnya lansia yang mengalami penyakit kronis. Umumnya kecamasan ini merupakan suatu pikiran yang tidak menyenangkan yang ditandai dengan kekawatiran, rasa tidak senang dan perasaan tidak nyaman. Selain itu terdapat beberapa faktor lain yang dapat menimbulkan kecemasan yaitu situasi lingkungan dimana lansia tersebut tinggal.

          Lansia yang menggunakan mekanisme koping berfokus pada tugas dengan menghadapi kenyataan tuntunan stress dengan menilai objek yang ditujukan untuk mengatasi masalah. Mekanisme koping pada lansia berupa tingkah laku adaptif dimana indivisu mampu bertahan dan mengantisipasi kemungkinan adanya bahaya yang bersumber dari kecemasan lansia. Selain itu lansia juga sering menggunakan mekanisme koping dengan berfokus pada ego untuk membantu mengatasi masalah sesuai realita. Mekanisme ini berlangsung secara reliatif pada tingkat tidak sadar dan mencakup penipuan diri dan distorsi realitas, mekanisme pertahanan ego ini menjadi respon maladaptif terhadap stress, individu tidak dapat menyesuaikan diri sehingga cenderung muncul tingkah laku destruktif misalnya marah-marah, menyerang, mudah tersinggung dan depresi sehingga menyebabkan respon yang maladaptif. Mekanisme koping yang kognitif merupakan pembangun bagi jiwa seseorang. Seseorang yang cemas ketika menggunakan ego yang negatif cenderung mengalami perilaku maladaptif sedangkan seseorang yang cemas ketika menggunakan mekanisme koping task oriented akan mengembangkan perilaku adaptif. Mekanisme koping merupakan kemampuan adaptasi yang dipelajari oleh lansia, semakin besar tingkat kecemasan pada lansia maka mekanisme koping yang digunakan akan semakin baik dan sebaliknya apabila lansia mengalami gejala kecemasan ringan maka akan menggunakan mekanisme koping dasar yang berfokus pada ego. Dalam pelayanan sosial dasar pada lansia dukungan sosial dan moral bagi para lanjut usia merupakan pendekatan yang tepat untuk mengurangi kecemasan pada lansia. by (Izzah)

Sumber: dinsos.jatengprov.go.id